Oleh: Yunita Tan (alumni YIC I)
Ada rasa haru menyeruak di hati saya, ketika kami berdiri melingkar, bergandengan tangan dan saling mendoakan satu sama lain di penutupan Youth Interfaith Camp (YIC) siang ini di Kota Subang.
Pada akhir tahun ini, kami kembali menemani 70 orang muda lintas agama untuk memahami tantangan merawat kebhinekaan Indonesia. Selama tiga hari, orang muda yang berasal dari berbagai kota di Jawa bagian Barat ini belajar untuk mengecek ulang stigma dan prasangka yang selama ini hinggap di kepala mereka. Sangat salut dengan keberanian mereka untuk hadir dan mempercayakan pengalaman mereka kepada sahabat-sahabat barunya.
YIC memang ruang perjumpaan antar umat beragama yang digagas oleh Gereja Kristen Pasundan dan JAKATARUB dengan dukungan Mission21. Mengarungi pasang surut selama 17 tahun ini, kemah lintas iman ini sudah menghasilkan 11 angkatan alumni pelatihan, yang tersebar di berbagai kota.
Setelah para alumni kembali ke kota asalnya, mereka berinisiatif membangun gerakan interfaith lokal. Mereka mengupayakan dialog, membangun wacana kritis, dan terutama melanjutkan menjalin persahabatan lintas agama. Setidaknya sudah ada pula 7 komunitas lintas iman di berbagai tempat yang diinisiasi oleh alumni kegiatan ini. Bulan lalu, beberapa alumnus YIC mendapat penghargaan The Silih Asih Awards dari “Fokus Pastoral” Keuskupan Bandung, sebagai aktivis muda penggerak perdamaian.
Dan pada malam terakhir YIC XI, orang-orang muda dari Kota Subang, bahkan membuat pengukuhan komunitas interfaith lokal baru bernama SANGKURIANG (Sahabat Juang Keberagaman Umat Jaringan Subang). Ikhtiar merajut perdamaian ini tentu akan membawa tantangan menarik untuk mereka di tengah banyaknya masalah sosial Kota Subang. Tapi saya yakin, jika dijalani dengan sukacita, perjalanan panjang ini akan menyenangkan.
Semoga para alumni Youth Interfaith Camp XI berbuah melimpah, seperti nanas, durian, dan rambutan Subang, ya!
