Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (JAKATARUB) kembali menggelar Ngais (Ngaji Inklusif) ke pada, Minggu (5/3) di Kantor Sekretariat Nawang Wulan – Jakatarub, Kota Bandung. Topik Ngais kali ini adalah belajar menjadi fasilitator keberagaman.
Memfasilitasi kegiatan keberagaman menjadi kemampuan penting yang harus dikuasai oleh pegiat JAKATARUB. Pasalnya, komunitas ini tidak hanya bergerak mengkampanyekan toleransi dan perdamaian dengan kegiatan yang informal saja, namun juga kegiatan-kegiatan formal seperti pelatihan.
Pelatihan fasilitator tersebut, mempelajari beberapa materi. Model dan prinsip fasilitasi terkait problem posing, adult learning, active listening, question, high-proces dan content neutral disampaikan dengan alur diskusi. Risdo Simangunsong, trainer dalam pelatihan fasilitator, menekankan bahwa seorang fasilitator harus berorientasi pada permasalahan serta membantu peserta untuk berpendapat dan belajar bersama.
Tidak hanya pemaparan materi, peserta juga langsung mempraktikkan beberapa tools. Tentunya agar materi yang diberikan dapat lebih dipahami.
Ngais menjadi platform peningkatan soft skills. Selain peningkatan pemahaman isu-isu teologi agama-agama, gender dan budaya lokal, kemampuan teknis seperti ini juga diperlukan . Hal ini sangat penting, mengingat isu-isu intoleransi sangat erat kaitannya dengan isu lain.
Kerja-kerja Jakatarub dari tahun ke tahun semakin berkembang. Komunitas ini semakin terlibat dalam berbagai penyelesaian isu keberagaman di Bandung dan Jawa Barat. Peningkatan kapasitas pengurus merupakan hal yang penting untuk dilakukan.
Acara Ngais kali ini juga berbarengan dengan rapat rutin Semesta JAKATARUB. Arfi, koordinator Jakatarub, mengatakan bahwa rapat rutin Jakatarub tersebut dilakukan untuk update progres setiap divisi dan partnership Jakatarub.