Ciparay (Rabu, 24 Mei 2023) – Alumni Lokalatih Fasilitator Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) Jawa Barat menggelar dialog persahabatan dan aksi sosial bertajuk Damai Dalam Keberagaman, bertempat di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bandung.
Acara tersebut merupakan tindak lanjut para fasilitator KBB yang telah mengikuti kegiatan Lokalatih KBB yang diselenggarakan oleh Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Wakaf Paramadina dan JAKATARUB pada Maret lalu.
Alumni lokalatih fasilitator KBB yang terdiri dari perwakilan gereja di wilayah Bandung Selatan, LBH Bandung dan Trust Building Indonesia Bandung bekerjasama dengan PCNU Kabupaten Bandung untuk menyelenggarakan acara diskusi perdana tersebut.
Para peserta yang mengikuti dialog terdiri dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU dan IPPNU Bandung), Huria Kristen Indonesia (HKI) Bandung Selatan, Gereja Kristen Pasundan (GKP) Dayeuhkolot, Gereja Kristen Jawa (GKJ) Kamulyaan, Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB), LBH Bandung, Paroki St. Fransiskus Xaverius Dayeuhkolot, Gereja Advent, Mahasiswa STT INTI Bandung, Gereja GKPB Fajar Pengharapan dan Sahabat Lintas Iman (Salim) Bandung.
Dialog ini menjadi forum silaturahmi antar umat Kristiani dan Muslim di Kabupaten Bandung. Pertemuan diharapkan menjadi ruang perjumpaan, ruang dialog dan ruang diskusi yang berkelanjutan untuk kemajuan toleransi dan perdamaian di wilayah ini.
Acara dimulai pukul 14.00 WIB. Dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dilanjutkan dengan doa lintas iman, lalu penampilan hadrah dari santri Pesantren Al Husain Ciparay. Pdt. Paulus Wijono, sekretaris PGIW Jawa Barat, dan K.H Agus Ahmad Qostholani, wakil ketua PCNU Kabupaten Bandung membuka acara dengan sambutan.
Acara dilanjut dengan aksi sosial yaitu pemberian secara simbolis paket alat tulis untuk pelajar. Dialog lintas iman yang dikemas dengan konsep Cafe Religi menjadi acara inti kegiatan ini. Peserta dibagi menjadi empat kelompok. Dua kelompok diisi oleh narasumber Kristen yaitu Pdt Obertina Johanis dan Pdt. Rommel Pardede, dua kelompok lagi diisi oleh K.H Dr. Yusuf Ali dan Ust. Hilman Sahli.
Cafe Religi ini menjadi ruang konfirmasi dan verifikasi prasangka. Para peserta dapat bertanya apapun kepada narasumber sesuai dengan apa yang ingin diketahuinya yang berkaitan dengan iman Kristen dan Islam.
Pdt Obertina menyatakan sangat terkesan dengan adanya ruang perjumpaan tersebut. “Ruang perjumpaan yang diciptakan secara sengaja seperti saat ini menjadi sangat penting. Teman-teman bisa denger langsung dari orangnya, dari sumbernya, bukan dari katanya,” ujar aktivis Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi Indonesia (PERUATI) ini.
Sementara itu, K.H Dr. Yusuf Ali menyatakan bahwa umat Islam dan Kristen dari dulu telah bersahabat. Yusuf mengatakan bahwa perpecahan umat sekarang ini diakibatkan oleh oknum, serta ketidaktahuan dan ketidakpahaman. “Terjadinya pertikaian, permusuhan karena tertutupnya komunikasi, namun jika ada komunikasi maka hal tersebut dapat diselesaikan,” paparnya.
Huda, alumni lokalatih fasilitator sekaligus pegiat perdamaian Trust Building Indonesia berharap pertemuan ini berkelanjutan, bukan hanya dalam kegiatan formal namun juga informal.
Editor : Risdo Simangunsong