Kebebasan Pers Pasca Reformasi dalam Sebuah Film

Share On Your Social Media

Rabu (31/05/2023), JAKATARUB menghadiri launcing dan diskusi film 25 Tahun Reformasi: Jurnalis Direpresi di Negeri Sendiri. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Human Right Working Group (HRWG), selaku produser film, bekerjasama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung dan Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan

Launching dan diskusi ini melibatkan perwakilan media dan pegiat kemanusiaan untuk sama-sama merefleksikan bagaimana kondisi kebebasan berekspresi yang dirasakan oleh para jurnalis dalam membahas mengenai isu-isu sensitif seperti: korupsi, kekerasan seksual, ataupun isu lokal seperti permasalahan di tingkat universitas.

Film 25 Tahun Reformasi mengulas bagaimana represi dan serangan digital dilakukan kepada media yang kritis saat melakukan liputan sensitif mengenai isu demokrasi di Indonesia, salah satunya terkait performa pejabat pemerintah. Beberapa media yang mengalami serangan secara digital selama satu tahun terakhir contohnya Narasi, Magdalene dan Konde.id.

Diskusi film dipantik oleh Daniel Awigra (Direktur Eksekutif HRWG), Tri Joko Her Riadi (BandungBergerak.id), Gorivana Ageza (Dosen Pendamping Komunitas Film Sinesofia Unpar), dan Fahmi Ahmadi (Peneliti HRWG) dengan membahas seputar kebebasan berekspresi selama 25 tahun pasca Reformasi yang masih banyak sekali aspek yang tidak demokratis saat menyuarakan pendapat dan aspirasi dimuka umum.

Salah seorang peserta, Azmi Mahatmanti, perwakilan LPM Dewantara Moeda FIP UPI merasakan bahwa film tersebut adalah realitas yang terjadi pada saat ini. “Yang aku rasakan bahwa itu adalah realita yang terjadi saat ini dan tentunya jadi refleksi. Itu tantangan tersendiri buat kita menyuarakan kebenaran, terutama melalui media,” ungkapnya.

Azmi juga berharap bahwa pers mahasiswa harus tetap berjejaring satu sama lain serta saling meningkatkan kapasitas para jurnalis di dalamnya untuk menyajikan karya jurnalistik yang berkualitas. Lalu konsisten, tidak melihat bagaimana periode kepemimpinan terus bergulir dan memiliki kebijakan yang berbeda-berbeda. Konsistensi inilah yang memperkuat independensi dan progresivitas.

Bagi JAKATARUB, kebebasan berekspresi, termasuk kebebasan pers, adalah hal yang tidak boleh dikekang. Media yang progresif juga merupakan sarana baik untuk menyuarakan hak dan aspirasi mereka yang selama ini mengalami diskriminasi. Maka dari itu kolaborasi dengan media, baik media massa maupun pers kampus, juga menjadi perhatian JAKATARUB dalam program-programnya selama ini.

Penulis : Hana Nabila

Editor : Risdo Simangunsong


Share On Your Social Media
adminjakatarub
adminjakatarub
Articles: 160

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *