Kabupaten Bandung Sudah Toleran? Konsolidasi Keberagaman Jawabannya

Share On Your Social Media

“Kita perlu memastikan bahwa kegiatan seperti ini kondusif,” beberapa kali kalimat tersebut ditegaskan Aam Rahmat Kepala Bidang Kewaspadaan Daerah dan Kerjasama Intelejen Kesbangpol Kabupaten Bandung, untuk menekankan sikap pemerintah Kabupaten Bandung yang ingin menjamin kesetaraan dan harmoni di wilayahnya.

Momen itu terjadi pada agenda Konsolidasi Jaringan Keberagaman Kabupaten Bandung yang diselenggarakan oleh JAKATARUB dan Sekolah Damai Indonesia pada Sabtu, (17/06/2023). Kegiatan ini dilangsungkan di GKP Dayeuh Kolot, sebagai upaya untuk mempertemukan berbagai elemen lintas iman di wilayah Kabupaten Bandung untuk kembali membahas permasalahan kebebasan beragama dan berkeyakinan di wilayah Kabupaten Bandung.

Agenda ini melibatkan beberapa elemen lintas iman diantaranya GKP Dayeuh Kolot, GBI Soreang, LBH Bandung, OMK Paroki St. Fransiskus Xaverius, Bansel Interfaith, Sekodi, JAKATARUB, Iteung Gugat, IofC, Balad dan Salim Bandung

Konsolidasi kali ini terdiri dari dua sesi. Sesi pertama merupakan momen berbagi antara pemerintah dengan lembaga lintas iman yang merasakan langsung permasalahan keberagaman yang ada, salah satunya adalah permasalahan perizinan gereja di Kabupaten Bandung. Seperti yang dialami GKP Dayeuh Kolot dan GBI Soreang (juga belasan gereja lain) yang sampai saat ini masih memiliki permasalahan perizinan rumah ibadah. Di sesi kedua elemen CSO dan komunitas lintas iman menggagas tahapan berikutnya untuk konsolidasi. Mengingat sudah beberapa kali upaya konsolidasi ini telah distimulus.

Diakui, permasalahan terkait pendirian rumah ibadah dan kegiatan keagamaan masih beberapa kali mencuat, meski masyarakat pada umumnya merindukan harmoni. Wilayah Kabupaten Bandung yang cukup luas memang punya ceruk lokasi tersendiri dengan permasalahan yang berbeda-beda terkait keberagaman dan kerukunan Hal yang penting dicatat adalah kesediaan pemerintah dan komunitas untuk terus memperbanyak ruang perjumpaan.

“Kita perlu mendekatinya dengan cara yang berbeda. Mungkin teman-teman aktivis keberagaman yang dari Kabupaten Bandung, perlu juga untuk fokus membantu upaya ini di wilayah kabupaten, tidak hanya aktif di Kota Bandung,” ungkap Aam.

Keterlibatan orang muda lintas iman dinilai masih memiliki peran yang minim dikarenakan masih sedikitnya keterwakilan pemuda lintas iman dalam melaksanakan agenda keberagaman di Kabupaten Bandung. Seperti yang disebutkan oleh Vanessa sebagai Orang Muda Katolik (OMK) St. Fransiskus Xaverius Dayeuh Kolot.

“Tantangan (gerakan keberagaman) di Kabupaten Bandung itu ya massanya. Masih banyak anak muda yang belum mau tergabung entah latar belakang mereka yang takut ataupun masalah tarik-tarik agama. Padahal itu kan kurang tepat,” ujar Vanessa.

JAKATARUB dan SEKODI sebagai penyelenggara kegiatan, mengharapkan ke depannya jaringan lintas iman yang fokus di Kabupaten Bandung bisa terbentuk. Secara khusus rencana tersebut akan dimasukkan kedalam agenda besar Bandung Lautan Damai (BALAD).

“BALAD tahun ini kita akan menjangkau anak muda perwakilan lembaga yang tadi hadir. Target utamanya bisa ada kegiatan rutin yang dibentuk oleh teman-teman wilayah lokal,” tegas Clara, Koordinator BALAD 2023.
“Harapannya juga bisa menjangkau teman-teman muda yang nantinya bisa aktif dalam agenda lintas iman di wilayah Kabupaten Bandung,” tutupnya.

Penulis : Hana Nabila

Editor : Risdo Simangunsong


Share On Your Social Media
adminjakatarub
adminjakatarub
Articles: 177

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *