Healing Historical Wounds: Menyembuhkan Luka dan Rekonsiliasi Hubungan

Share On Your Social Media

Alumni Pelatihan Kebebasan Beragama Berkeyakinan (KBB) Bandung Selatan kembali menyelenggarakan acara kebersamaan dengan tema “Healing Historical Wound Session”, pada Selasa (11/07/23) di Gereja Kristen Pajar Pengharapan (GKPB) Pasirkoja, Bandung.

Acara kebersamaan tersebut tersebut diinisiasi oleh Miftahul Huda dari Initiative of Change Indonesia (IofC) dan Pdt. Yusup dari GKPB serta berkolaborasi dengan JAKATARUB. Para peserta yang hadir merupakan alumni lokalatih KBB wilayah Bandung Selatan dan Kabupaten Bandung (GKP, HKI, GKJ Kamulyaan, GPIB, WHDI) serta terdapat peserta lainnya seperti STTI, SALIM Bandung dan PGIS.

“Healing Historical Wound” merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya menyembuhkan luka-luka sejarah dalam upaya memperbaiki hubungan antar kelompok yang pernah mengalami konflik. Dalam konteks ini, konsep “Healing Historical Wounds” dapat diterapkan untuk mempromosikan kerjasama antar umat beragama.

Dalam acara yang berlangsung kurang lebih lima jam tersebut, kegiatan pertama peserta yaitu sesi “Sharing Session about Life” dimana peserta diajak untuk mengingat kembali kisah kakek-neneknya lalu di share ke kelompoknya masing-masing. Dalam sesi ini, para peserta bercerita bergiliran.

Kegiatan kedua kelompok ditugaskan untuk menulis momen-momen bersejarah bangsa Indonesia dari masa ke masa. Dalam sesi ini, masing-masing kelompok menuliskan momen penting perjalanan banga Indonesia yang dimulai dari pra-kemerdekaan, kemerdekaan, orde lama, orde baru, reformasi dan pasca reformasi. Selain itu, momen-momen yang berkaitan dengan situasi politik dari masa ke masa dan kasus-kasus yang bernuansa agama tidak luput dibahas.

Huda selaku fasilitator dalam acara tersebut menyampaikan bahwa ruang perjumpaan harus lebih dalam untuk benar-benar mengenal agar tumbuh empati dan trust, itulah tujuan dari sesi “Sharing About Life” kakek-nenek tadi.

Selain itu Huda mengajak peserta untuk merenungkan perjalanan bangsa Indonesia yang telah dituliskan dalam kertas selembar tadi lalu mengajak untuk merefleksikannya,harapannya dapat memetik pelajaran penting yang dapat dijadikan modal untuk inisiasi-inisiasi dan kolaborasi dalam konteks kemajuan toleransi dan kebebasan beragama Indonesia, khususnya di Kabupaten Bandung.

Yusuf selaku pendeta dari GKPB, menilai dalam perjalanan bangsa Indonesia tersebut banyak narasi baik yang tidak terpotret. Menurutnya, narasi baik tersebut perlu untuk di ungkap. Bahkan dirinya mengajak kepada semua peserta untuk bersama-sama membuat narasi-narasi baik yang dapat dilakukan bersama kedepannya.

Berkaitan dengan narasi baik yang harus dikerjakan bersama-sama, Risdo dari JAKATARUB memaparkan kegiatan-kegiatan yang telah dikerjakan Jakatarub selama 20 tahun terakhir. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menjadi pilihan menu inisiasi kegiatan kolaborasi selanjutnya, baik dalam ranah grass roots, atau pun advokasi kepada pemerintah.

JAKATARUB terus mendorong untuk membuka lebih banyak ruang-ruang perjumpaan. Hal tersebut dapat dikerjakan bersama, kolaborasi dengan berbagai komunitas tingkat lokal, seperti IoFc, Salim, Balad dan lainnya. Sehingga harapannya dengan adanya ruang-ruang dialog lintas iman dapat mentransformasikan luka dan memperbaiki hubungan antar agama, lebih jauhnya tercipta situasi social society yang baik, secara khusus di Kabupaten Bandung.


Share On Your Social Media
adminjakatarub
adminjakatarub
Articles: 166

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *