Kematian adalah sebuah keniscayaan, siapapun yang hidup di muka bumi pada akhirnya akan mengalami kematian. Seperti ada orang yang dikubur, dilarung atau dikremasi, begitulah proses setelah kematian dimaknai berbeda-beda. Pandangan mengenai kematian sendiri tidak melulu soal hal-hal yang menyedihkan tetapi bisa berupa ketenangan atau juga peristirahatan dan beberapa hal positif lain yang memunculkan harapan. Meski begitu, dalam situasi genting seperti perang, orang suka mengabaikan hal-hal ini.
Sabtu awal bulan lalu (09/09/2023), JAKATARUB, Iteung Gugat,dan Sekodi menyusuri makam yang dikelola Oorlogs Graven Stichting atau Yayasan Makam Kehormatan Belanda di Indonesia. Di negara kita, makam yang dikelola yayasan ini ada di beberapa kota, salah satunya di Bandung, yaitu di Ereveld Pandu.
Ereveld Pandu merupakan makam yang berisi tempat peristirahatan terakhir bagi militer yang berdinas di Tentara Kerajaan Hinda Belanda (KNIL) serta Angkatan Darat Kerajaan Belanda. Terdapat juga monumen-monumen di makam tersebut yang ternyata menunjukkan hubungan kota Bandung dengan KNIL. Selain anggota militer, terdapat juga warga sipil yang dimakamkan disini yang dulunya meninggal di kamp-kamp konsentrasi Jepang di Bandung serta korban gugur pada masa revolusi.
Dalam kegiatan bertajuk Susur Duka ini, para peserta berkeliling di sekitar makam yang didampingi oleh Dicky Purwadi, pengawas dari Ereveld Pandu. Peserta cukup terkesima melihat keragaman makam yang berjejer rapi. Ternyata makam kehormatan ini tidak hanya berisi dari satu agama saja namun lintas agama serta keyakinan. Hal ini menjadi menarik serta menjadi bahan diskusi bahwa tidak ada pembedaan pada jasad manapun meski dari agama dan keyakinan yang berbeda.
Dicky menegaskan bahwa keberadaan pemakaman ini sebagai pengingat, bahwa perang merupakan hal yang berdampak besar, khususnya kematian orang-orang. “Ini mengingatkan kita agar jangan sampai terjadi lagi perang. Inilah korban-korbannya,” paparnya.
Setelah berkeliling para peserta berdiskusi. Diskusi dipandu oleh Daffa selaku moderator dan Emul selaku pemantik. Dalam diskusi peserta berbagi soal makna kematian dari masing-masing perspektif. Ada yang sharing mengenai mimpi yang dialami yang berhubungan dengan kematian, pemahaman orang-orang mengenai kematian, sampai kepada berpendapat untuk apa hidup dan untuk apa kematian jika dikaitkan dengan keyakinan, cinta tanah air dan kemanusiaan. Diskusi dikupas secara hangat dan komunikatif.
Penulis : Noviyanti Putri
Editor : Risdo Simangunsong