Bandung Lautan Damai, atau yang kerap disingkat BaLaD, kembali digelar. Festival tahunan yang diinisiasi oleh JAKATARUB ini berkolaborasi dengan sejumlah komunitas yang tersebar di Bandung Raya, baik komunitas keagamaan, kebudayaan, kemanusiaan serta media.
Tahun ini, BaLaD berlangsung dari 12 November-10 Desember dengan mengusung tema “Ngalèr Ngidul Ngulon Ngètan” (Utara, Selatan, Barat, Timur) dimana pelaksanaan rangkaian kegiatan BaLaD berlokasi di pinggiran kota Bandung, sebagai upaya memperkuat dan memperluas jaringan untuk bekerjasama dalam proses perwujudan perdamaian di tengah keberagaman melalui sejumlah kegiatan edukatif dan kreatif.
Kegiatan perdana BaLaD berlangsung pada Minggu (12/11/2023), berlokasi di Gedung PCNU Kabupaten Bandung, Jl Laswi 516, Ciparay, Kab. Bandung. Dihadiri oleh peserta dari UIN Bandung, Orang Muda Katolik, Sekolah Damai Indonesia, IPPNU, penghayat Aliran Kebatinan Perjalanan, Iteung Gugat, Halaqah Damai, Bansel Interfaith, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, PAC Ansor, Yayasan Masehi Advent Hari Ketujuh, Sahabat Lintas Iman, Nawangsih, PMII dan masyarakat umum. Kegiatan ini bertajuk NGIDUL: Ngelukis Dulu.
Partisipan NGIDUL diklasifikasikan menjadi kelompok kecil dan besar. Pada kelompok kecil, satu tim terdiri dari dua orang. Mereka mendeskripsikan teman kelompoknya melalui lukisan diatas pouch berbahan kain. Kemudian berbagi cerita mengapa melukis gambar atau obyek tersebut. Tentunya sebelum melukis, mereka berbincang agar saling mengenal dan mengetahui kekhasan masing-masing.
Sementara pada kelompok besar, partisipan dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5-6 orang. Kerjasama dan kolaborasi sangat ditekankan karena pada sesi ini mereka ditantang untuk membuat karya seni dari barang bekas berupa kain perca, kardus dan botol plastik.
Kreatifnya, tiap-tiap kelompok berhasil menyulap barang bekas menjadi produk dengan fungsi yang baru. Seperti wayang boneka berbahan kardus dibalut pakaian batik dari kain perca, berbagai miniatur binatang dari potongan kardus dan lipatan kain, bingkai keragaman yang merepresentasikan agama dan keyakinan yang hidup di Indonesia, beserta karya lainnya yang bukan hanya menyimpan nilai estetika, tetapi juga sebagai media tumbuhnya rasa persaudaraan dan nilai-nilai kerukunan di tengah keragaman.
Lebih dari sekedar kegiatan hiburan di akhir pekan, NGIDUL menjadi salah satu cara alternatif bagaimana keberagaman di pertemukan sehingga terbukanya kesempatan untuk saling mengenali bahkan menjalin kolaborasi.