Refleksi Liputan BALAD 23 Eps #4 Disabilitas Berdaya Dalam Pelukan Komunitas Seni

Share On Your Social Media

Banyak jalan terjal yang harus dihadapi oleh kawan-kawan disabilitas dalam berkarya seperti persoalan pemenuhan hak kesetaraan, maupun aksesibilitas yang belum paripurna diwujudkan.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas telah mengatur bahwa disabilitas memiliki kesamaan kesempatan hak yang sama dan setara. Pasal 16 juga secara spesifik menyebutkan bahwa penyandang disabilitas memiliki hal kebudayaan dan pariwisata, diantaranya memperoleh kesamaan dan kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan seni dan budaya.

Regulasi ini secara tegas juga mengatur bahwa pemerintah wajib menjadi aksesibilitas bagi difabel untuk mendapatkan layanan kebudayaan dan pariwisata. Pemerintah wajib mengembangan potensi dan kemampyan seni budaya kaum disabilitas. Regulasi ini juga mendefinisikan ragam disabilitas meliputi fisik, intelektual, mental dan sensorik. 

Menurut Open Data Jabar jumlah pendudukan dengan disabilitas di Kota Bandung pada tahun 2022 sebanyak 9.020 jiwa. Dari total itu, 1.917 jiwa merupakan disabilitas fisik, 702 jiwa disabilitas netra, 1.155 jiwa disabilitas rungu/wicara. 2.831 jiwa disabilitas mental. 650 jiwa disabilitas fisik dan mental dan 1.765 disabilitas lainnya. 

Secara bersamaan lahir dan tumbuh inisiatif dan praktik baik untuk mendukung dan mengakomodir seniman disabilitas untuk berkarya, seperti yang dilakukan oleh Tab Space, Karya Seni tuli (KST) dan Selasar Sunaryo Art Space (SASAS). 

Tab Space merupakan sebuah studi grafis yang berdiri tahun 2022. Space berdiri karena ada dorongan dari seniman disabilitas yang ingin konsisten berkarya yang didukung orang tua mereka. 

Tab Space memfasilitasi seniman untuk berkarya dan membukakan akses dengan media maupun referensi baru. Tab Space mendorong untuk menumbuhkan ekosistem inisiatif dan eksperimen serta kolaborasi. 

Komunitas lainnya adalah Komunitas Tuli dan Dengar. Komunitas ini mewadahi teman-teman Tuli dan Dengar untuk berseni, belajar bahasa isyarat dan sebagai wadah berkomunikasi. Beberapa kegiatan rutin lainnya adalah nongkrong produktif sambil berseni dan belajar bahasa isyarat serta pameran. 

Potret kaum disabilitas di kota Bandung tersebut merupakan beberapa contoh praktik baik yang terpotret. Tentunya hal ini menjadi langkah baik untuk pemberdayaan kaum disabilitas, apalagi jika pemerintah dapat mensupport secara maksimal. 

Sumber : Liputan Kolaborasi BALAD 2023


Share On Your Social Media
Yohanes Irmawandi
Yohanes Irmawandi
Articles: 30

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *