Seminar Pemilu Perspektif Interfaith: Cerdas Memilih Masa Depan Bangsa Indonesia

Share On Your Social Media

Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Gereja Kristen Pasundan (GKP) dan Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (JAKATARUB) Di Dukung oleh Mission 21 menyelenggarakan seminar Pemilu Perspektif Interfaith: “Cerdas Memilih Demi Masa Depan Bangsa” pada Jumat (09/02/24) melalui zoom meeting dan disiarkan langsung di Youtube Channel Bandung Lautan Damai. 

Diskusi online ini turut dihadiri berbagai narasumber yaitu Jeirry Sumampow Koordinator Komite Pemilih Indonesia, Pdt. Dr. Albertus Patty Teolog Kristen, KH. Marzuki Wahid Rektor ISIF Cirebon dan Xs. Budi Santoso Tanuwibowo Ketua Umum Matakin. Diskusi dipandu oleh Venus Nareswari sebagai MC dan Wawan Gunawan sebagai Moderator. 

Seminar Interfaith tersebut membahas mengenai pandangan agama terhadap politik dalam konteks pemilu 2024. Pendeta Supriatno mewakili Mission 21 dalam sambutannya mengatakan bahwa diskusi tersebut merupakan ruang elaborasi terkait isu yang akhir-akhir ini sedang hangat berkaitan dengan Pilpres. 

Pendeta Supriatno mengatakan tema diskusi ini membahas etika dan moral menurut berbagai pandangan agama. Pendeta supriatno menegaskan bahwa diskusi ini akan melihat sejauh mana agama berperan menjadi kontrol moralitas dalam konteks politik.

“Kita menganggap bahwa isu ini penting bukan sesuatu yang fakultatif atau opsional dalam kehidupan politik, tapi obligation sebuah kewajiban.” Ujarnya menambahkan.

Xs. Budi Santoso tokoh agama Konghucu mengatakan bahwa seorang pemimpin harus lahir dari proses pengkaderan yang panjang dan mengerti budi, aturan dan sopan santun. Hal itu diungkapkannya seperti tokoh Sun dalam agama Konghucu dan dinasti Tiongkok. 

Sementara Pendeta Albertus Patty seorang Teolog Kristen mengatakan situasi demokrasi saat ini sedang tidak baik-baik saja, karena pemimpin saat ini telah kehilangan nilai leadershipnya. 

Menurutnya idealisme terhadap seorang pemimpin berdampak besar terhadap daya kritis masyarakat sehingga menjadi tidak kritis dan saat ini sedang dialami oleh Indonesia. 

Pendeta Patty mengatakan bahwa kekristenan melihat politik adalah suatu panggilan karena Tuhan bekerja dan menjadikan segala sesuatu untuk menjadi baik. Namun kekristenan juga menilai politik dapat dikerjakan oleh manusia yang berdosa sehingga memiliki tendensi untuk mengeksploitasi. 

Menurutnya dalam hal ini manusia akan menjadi tuhan dan upaya menjadi tuhan terkadang tidak terkontrol. Oleh karenanya umat kristen harus memiliki daya kritis dan mengajak umat kristen untuk menjaga demokrasi agar tetap utuh.

Sementara itu Kyai Marzuki Wahid Rektor ISIF (Institut Studi Islam Fahmina) Cirebon dalam pemaparannya mengatakan bahwa agama Islam memandang fungsi agama untuk tujuan menyelamatkan umat manusia, mewujudkan keadilan, menegakan nilai kemanusiaan, meneguhkan kemaslahatan dan menebarkan kerahmatan bagi umat manusia dan semesta. 

Menurutnya agama sebagai landasan moral etik harus dapat mengontrol negara dan negara harus menjamin kebebasan agama agar dapat terus menyebarkan nilai-nilai moralitas. 

Jeirry Sumampow dari  Komite Pemilih Indonesia mengatakan bahwa pemilu merupakan salah satu instrumen dalam demokrasi. Menurutnya demokrasi saat ini mengalami kemunduran, hal ini tentu dapat diukur dari kualitas pemilu 2024 saat ini yang justru jauh dari kelima elemen pemilu yaitu, kepastian hukum, peran penyelenggara pemilu, peran pemerintah, peran peserta pemilu yaitu partai politik dan calon dan terakhir yaitu partisipasi masyarakat.

Diskusi sesi pertama berjalan menarik dan memancing peserta untuk berpendapat. Bagi kamu yang ketinggalan dalam melihat tayangan ulang melalui channel Youtube berikut ini https://www.youtube.com/live/oyBNsDE0j34?si=-p0-OB0t98cwcWDx


Share On Your Social Media
Yohanes Irmawandi
Yohanes Irmawandi
Articles: 30

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *