Festival Bandung Lautan Damai (BALAD) secara resmi dimasukkan sebagai event se-Kota Bandung pada 2025. Hal ini disampaikan saat peluncuran Calendar of Events (COE) 2025 Kota Bandung pada Senin (30/09/2024) di The Papandayan Hotel, Jl. Gatot Subroto 83, Bandung.
Peluncuran COE merupakan agenda tahunan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, yang tahun depan akan mendukung pelaksanaan 84 event kreatif. BALAD merupakan salah satu event kreatif yang terpilih untuk ditampilkan dalam COE 2025. Beragamnya event budaya, religi, seni serta inisiatif masyarakat ini semakin menunjukkan geliat kota Bandung sebagai kota kreatif.
Dalam pembukaan peluncuran, pejabat Wali Kota Bandung, A. Koswara, menyampaikan sepanjang 2025 nanti, kota Bandung akan menghadapi banyak dinamika, dengan banyaknya titik pembangunan fasilitas umum, sehingga diharapkan para penyelenggara event saling bersinergi, saling menguatkan programnya, dan mengantisipasi jadwal program dengan situasi kemacetan.
Ignasius Galih Sedayu, kurator jejaring kota kreatif dunia UNESCO (UCCN) memberikan laporan atas kurasi Calendar Event 2025 yang telah selesai. Ia menyorot banyak Kota Kreatif, menurut Galih, tentunya bukan sekedar jargon belaka.
“Ini bukan tentang sensasi namun solusi, bukan tentang kompetisi, namun kolaborasi, bahwa Kota Kreatif bukan tentang berpesta namun bercerita,” ungkapnya.
Bagi JAKATARUB dimasukkannya BALAD sebagai event kota, tentu menunjukkan perkembangan yang semakin maju dari kampanye dan advokasi keberagaman. BALAD bermula dari kepedulian para pegiat keberagaman, budaya dan seni saat menghadapi sejumlah kejadian intoleransi pada tahun 2012. Awalnya BALAD hanyalah aksi damai untuk mengingatkan segenap warga tentang Bandung sebagai rumah bersama untuk semua kelompok keagamaan dan mengambil momentum Hari Toleransi Sedunia (16 November).
Sepanjang dua belas tahun perjalanannya, BALAD telah berkembang menjadi festival yang mengusung isu inklusi sosial, dengan memperingati sejumlah moment penting dari 16 November-10 Desember seperti: Hari Toleransi Internasional, Peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Hari AIDS Sedunia, Hari Disabilitas Internasional hingga Hari HAM Sedunia. Lebih jauh, BALAD pun bergerak mengajak ragam kelompok masyarakat untuk terlibat. Tercatat lebih dari 60 komunitas yang pernah dan terus menjadi pegiat BALAD.
Saat menjadi event kota di 2025, tentu wajah BALAD berkembang lagi. Masyarakat tidak sekadar menjadi sasaran kampanye toleransi dan keberagaman, namun turut menjadi pelaku dan penggerak kampanye tersebut. BALAD bukan lagi sekadar event, melainkan pergerakan kota yang menyatukan berbagai elemen sosial. Dalam suasana penuh kreativitas dan kolaborasi, Bandung akan menunjukkan bahwa desain kota bukan sekadar angka atau rencana arsitektural, melainkan koneksi antar warganya yang menjunjung tinggi keberagaman dan toleransi.
Kontributor: Theresia Yunita Tan
Editor : Risdo Simangunsong