Pernyataan agama harus begini atau begitu seringkali tidak mencerminkan kenyataan keragaman yang ada dalam tubuh internal masyarakat beragama. Pada kenyataannya agama-agama di dunia dibedakan dalam berbagai aliran atau mazhab, misalnya dalam Buddha, setidaknya ada beberapa aliran utama seperti Theravada, Mahayana, dan Tantrayana. Tetapi dalam beragama juga memiliki cara ibadah, tradisi, ajaran yang berbeda-beda, bahkan preferensi di level personal.
Dalam beberapa aliran juga terdapat keragaman seperti berbagai organisasi, dalam Protestan ada Gereja Kristen Indonesia (GKI), Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII), Gereja Mawar Sharon (GMS), hingga Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI), dan banyak lagi.
Juga kita akan mengenal bahwa Hindu itu bukan hanya Bali, ada Hindu Kaharingan atau Hindu Tengger. Atau juga kalangan agama lokal yang disebut sebagai Penghayat Kepercayaan seperti Parmalim yang terhimpun di Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), juga Masyarakat Adat seperti Urang Kanekes di Banten.
Bahkan pada satu wacana keagamaan pun bisa memiliki perspektif yang berbeda, termasuk pro-kontra. Seperti pemahaman sistem politik Islam yang dipahami oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah berbeda dengan Alumni 212, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Salafi, Negara Islam Indonesia (NII), hingga Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Kemudian kita juga akan menjumpai ketokohan yang unik, seperti Kris Tan seorang penganut Konghucu di Bogor, Jawa Barat dan Bunda Mayora di Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Selain aliran, organisasi, gerakan, hingga tokoh unik kita akan menjumpai perilaku keagamaan yang keseharian. Seperti seorang muslim yang tidak makan babi tapi minum alkohol, seorang kristiani yang tidak memahami trinitas, atau perjumpaan Katolik serta Islam dengan praktik lokal, atau juga beberapa orang yang dibedakan kolom agamanya di Kartu Tanda Penduduk (KTP) tapi disatukan oleh zodiak.
Oleh karena itu, konsep agama harus begini atau begitu seringkali kurang tepat dan tidak realistis jika dipaksakan, karena setiap agama, aliran dalam agama, organisasi keagamaan hingga preferensi beragama personal tersebut memiliki keunikannya sehingga kaya akan perspektif. Dalam konteks ini, penting untuk lebih terbuka terhadap keberagaman dan memastikan bahwa setiap orang hingga kelompok memiliki ruang untuk mengekspresikan keyakinannya, bahkan lebih dari itu negara harus melindungi bukan malah mendiskriminasi apalagi melakukan persekusi dengan seperangkat sumber dayanya.