Jika kita bertanya kepada anak kecil atau orang yang sudah tua sekalipun, mereka pasti menggambarkan Indonesia itu sebagai negara yang beragam, baik dari segi budaya, agama, etnis, maupun bahasa.
Dengan lebih dari 17.000 pulau yang tersebar di seluruh nusantara, Indonesia adalah rumah bagi ratusan kelompok etnis dan lebih dari 700 bahasa daerah. Setiap daerah di Indonesia memiliki kekayaan budaya yang unik, mulai dari adat istiadat, tarian, musik, hingga pakaian tradisional yang berbeda-beda.
Jika kita menggambarkan keragaman di indonesia ini menjadi makanan, kira-kira makanan apa yang cocok menggambarkan indonesia?.
Pada era Orde Baru, Indonesia pernah mengalami kebijakan penyeragaman budaya melalui program asimilasi, terutama terhadap etnis Tionghoa. Salah satu contohnya adalah pelarangan penggunaan nama-nama Tionghoa dan penggantian dengan nama berbahasa Indonesia, sesuai Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967.
Selain itu, perayaan budaya Tionghoa seperti Imlek dan barongsai juga dilarang secara resmi di ruang publik. Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan keseragaman identitas nasional, tetapi di sisi lain mengikis ekspresi kebudayaan yang kaya dan beragam di Indonesia.
Akibatnya, banyak komunitas merasa terasing dari akar budaya mereka sendiri, dan trauma sosial ini terus dikenang hingga kebijakan tersebut akhirnya dicabut pada era Reformasi.
Kalau kasus ini kita gambarkan kedalam makanan, Orde Baru melihat keragaman di indonesia ini seperti Gado-gado. Didalamnya memang beragam jenis makanan, dari sayuran, telur, tahu, dan masih banyak lagi, tapi semua makanan yang beragam itu jika ingin disatukan, maka harus disiram dengan bumbu kacang agar bisa disebut sebagai gado-gado.
Bumbu kacang yang kita anggap sebagai alat untuk membuat semuanya menjadi sama ini lah yang mencederai keberagaman di dalam gado-gado. Seharusnya kita melihat keberagaman di Indonesia ini seperti Salad Bowl karena tidak ada penyeragaman.
Teori ini dicetuskan oleh Horace Kallen yang menjelaskan bahwa perbedaan budaya pada suatu negara tidak hilang, akan tetapi perbedaan ini di akomodir sehingga menciptakan keragaman yang akhirnya perbedaan ini turut membentuk budaya nasional negara tersebut.
Seperti layaknya semangkuk salad, sayur dan kondimen lain itu diibaratkan seperti budaya yang saling melengkapi, mengisi, dan membentuk mangkuk salad yang diibaratkan negara itu sendiri.
Penulis : Fadhil Reyhan