Senin hingga Rabu pertengahan bulan lalu (14-16/04/2025), JAKATARUB turut hadir dalam Pelatihan ANOM (Advokasi Naradamping Orang Muda) Lintas Iman yang diselenggarakan oleh gerakan kaum muda Jaringan Advokasi Jawa Barat (JAJ-Youth) bekerja sama dengan Yayasan Gemilang Sehat Indonesia, bertempat di Klinik Paroki St. Mikael, Waringin, Bandung. Kegiatan ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga tempat bertemu dan bertumbuh bersama bagi orang muda dari 19 organisasi di Jawa Barat dengan berbagai latar belakang keyakinan, identitas gender, dan pengalaman hidup.
Dalam pelatihan ini, isu Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS) diangkat bukan sekadar persoalan yang harus diatasi, tetapi juga sebagai cermin bagaimana sistem sosial, budaya dan tafsir keagamaan seringkali gagal melindungi hak asasi, terutama mereka yang posisinya kerap terpinggirkan.
Pelatihan menggali akar persoalan secara lebih mendalam, dengan mengaitkan isu KBGS dalam kerangka interseksionalitas dengan analisis Gender, Disability, and Social Inclusion (GEDSI), terutama membahas kasus yang sering dialami oleh perempuan lintas iman.
Selama tiga hari, para peserta berdiskusi, menulis refleksi serta berbagi pengalaman dari wilayah masing-masing. Suasana pelatihan yang partisipatif memungkinkan setiap suara terdengar, terutama mereka yang selama ini merasa ruangnya terlalu sempit menyampaikan keresahan. Di sinilah pelatihan menjadi ruang aman, bukan karena tanpa perbedaan, tetapi karena perbedaan dirawat, didengar dan dirayakan.
JAKATARUB percaya bahwa kerja-kerja advokasi perlu menyentuh realitas sehari-hari terutama di akar rumput. Interseksionalitas dan analisis GEDSI tidak boleh berhenti sebagai wacana teori saja, tetapi harus menjadi alat untuk memahami bagaimana berlapis-lapis bentuk penindasan bekerja, baik terhadap perempuan, orang muda, penyintas kekerasan, maupun kelompok-kelompok yang termarjinalisasi lainnya.
Pelatihan ANOM menjadi ruang dan nafas baru untuk menyuarakan keadilan gender dan merayakan keberagaman, terutama di ruang-ruang yang selama ini sunyi karena prasangka.Dalam dunia yang masih sering membungkam atau mengabaikan suara-suara dari pinggiran terutama perempuan, pelatihan ini menjadi pengingat bahwa semua orang punya hak untuk bersuara, dan semua orang punya peran dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan inklusif. Advokasi bukan milik segelintir orang atau lembaga, melainkan milik semua orang.