Pasar Gagasan Feminisme Lintas Iman: Merawat Perjuangan, Merayakan Keberagaman

Share On Your Social Media

Apa yang terjadi ketika orang muda dari berbagai latar belakang, wilayah, identitas, dan isu berkumpul untuk berdiskusi, belajar, dan menulis tentang pengalaman mereka menghadapi kekerasan, ketidakadilan, serta merawat harapan? Jawabannya bukan sekadar pada ruang perjumpaan itu sendiri, tapi pada gerakan yang sedang tumbuh; gerakan yang menggugat ulang cara kita memaknai iman, tubuh, dan perjuangan feminisme dalam konteks keberagaman.

Orang muda dari belasan organisasi se-Jawa Barat berkumpul di ruang pertemuan Gereja St. Mikael, Bandung, dalam Mini-Konferensi “Penyusunan Buku: Pasar Gagasan Feminisme Lintas Iman” pada Kamis (17/04/2025). Diinisiasi oleh Jaringan Advokasi Jawa Barat-Youth (JAJ-Youth), kegiatan ini mempertemukan orang muda dari berbagai komunitas dan latar belakang, baik agama maupun gender. Bukan untuk menyamakan pemahaman, tapi untuk saling merawat ruang keberagaman yang kerap dilupakan: ruang di mana iman dan feminisme bisa berdialog, saling koreksi, dan saling menguatkan.

Menurut kaum muda ini, di Jawa Barat kiwari, keberagaman kerap dijadikan bahan retorika saja, tidak dihidupi dalam kebijakan. Perempuan yang bersuara masih dicurigai. Kelompok marginal dibatasi ruang geraknya. Ada pula peraturan yang rentan menyasar identitas dan tubuh. Dalam konteks seperti ini, membicarakan feminisme lintas iman bukan hanya penting, tapi sangat mendesak.

Acara ini dirancang dalam format “pasar gagasan”, diskusi terbuka yang dibagi dalam lapak ide, dari yang paling mendasar hingga yang sangat politis. Mereka membahas pertanyaan yang sering kali dihindari untuk dibahas di ruang publik: Apakah feminisme hanya milik perempuan? Apakah agama membebaskan atau justru mengekang perempuan? Sejauh mana media digital benar-benar menjadi alat perjuangan? 

Di tengah semua itu, orang muda tidak hanya berdiskusi, mereka juga menulis. Refleksi pribadi, kritik kebijakan dan tafsir ulang terhadap pengalaman spiritual dan sosial mereka tuangkan. Buku yang akan dihasilkan dari forum ini bukan sekadar dokumentasi, tapi bagian dari strategi advokasi: sebagai alat belajar, alat bertanya, dan alat menggugat struktur yang masih menindas dalam diam.

JAKATARUB turut meyakini gerakan tidak dibangun dari suara yang seragam. Justru keberanian untuk membuka perbedaan, mendengarkannya dan merawatnya itulah yang memperkuat solidaritas. Memberi ruang pada orang muda untuk tumbuh, menyuarakan perspektif baru, dan membangun cara berpikir kritis dari pengalaman hidup mereka sendiri adalah hal penting bagi gerakan kemanusiaan.Ruang seperti Pasar Gagasan Feminisme Lintas Iman bukan sekadar ajang bertukar pikiran. Ia adalah cara merawat harapan, menolak diam, dan menegaskan bahwa keberagaman bukan ancaman, melainkan kekuatan yang perlu untuk dirayakan dan dirawat bersama.


Share On Your Social Media
Ucu Cintarsih
Ucu Cintarsih
Articles: 10

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *