Selebrasi Silih Asih Award pada Minggu (20/11) menjadi acara puncak yang menutup rangkaian kegiatan Fokus Pastoral tahun 2022 Keuskupan Bandung. Acara tersebut berlangsung di Gedung Bumi Silih Asih Keuskupan Bandung, Lengkong, Kota Bandung.
Selebrasi ini bertema “Bersyukur karena Berbeda, Bangga Karena Bersaudara.” Dalam acara ini, diberikan penghargaan bagi individu dan komunitas yang bergerak dalam isu toleransi dan perdamaian di wilayah pelayanan Keuskupan Bandung (Bandung Raya, Karawang, Subang, Purwakarta, Garut, Cirebon, Kuningan, Indramayu, Tasikmalaya, Ciamis dan Pangandaran).
Beberapa individu dan komunitas yang mendapat penghargaan merupakan alumni kegiatan M21 dari tahun ke tahun. Mereka adalah: Risdo Simangunsong (Kristen Ortodoks), pengurus PSPP Nawang Wulan yang sudah berkecimpung dalam isu toleransi bersama JAKATARUB sejak ia ikut Youth Interfaith Camp (YIC) angkatan ke-2 (2013); Arfi Pandu Dinata (Islam), koordinator JAKATARUB saat ini dan alumnus dari YIC angkatan kedelapan (2018); Ust. Rohmat Devida dan Ai Nur Hidayat dari Pelita Perdamaian Cirebon yang sudah terlibat dalam acara YIC sejak angkatan kedua; Ernita Kusuma (Hindu) alumnus YIC angkatan kesepuluh (2021) dan Vanesha Shintia (Katolik) yang juga alumni YIC angkatan kesepuluh.
Selain mereka yang beroleh penghargaan pribadi, Silih Asih Award 2022 juga dianugerahkan kepada komunitas-komunitas yang bergerak dalam isu kebebasan beragama dan berkeyakinan di Jawa Barat. Beberapa komunitas tersebut ada yang pembentukannya diinisiasi oleh alumni M-21, juga ada yang saat ini sedang dipimpin oleh alumni M-21, yaitu Haryono (Pelita Cirebon), Rifqi Taufik Sidqi (Kompas Iman Tasikmalaya), Yohanes Irmawandi (Salim Bandung) dan Ivan Adriandiva (Gradasi Cimahi).
Sebelum acara selebrasi ini, Fokus Pastoral 2022 Keuskupan Bandung juga telah melaksanakan berbagai program lintas iman, diantaranya sekolah keberagaman, camping halaman serta cafe religi di berbagai wilayah dekanat. Dari acara-acara tersebut banyak pula alumni M21 yang terlibat secara langsung baik menjadi fasilitator, narasumber maupun inisiator.
Penghargaan ini tentunya punya makna tersendiri, khususnya bagi alumni M-21 yang menerima. Yohanes dari Salim Bandung menyatakan kegembiraannya menerima apresiasi tersebut.
“Penghargaan ini menjadi penyemangat bagi kami para penggerak di komunitas Salim Bandung untuk terus mengkampanyekan nilai-nilai toleransi, meskipun banyak tantangan namun kami terus mengupayakan konsolidasi dan kolaborasi untuk bersama menciptakan Kabupaten Bandung yang inklusif,” ujar Yohanes.
Upaya konsolidasi dan kolaborasi gerakan toleransi memang kian dirasakan kepentingannya. Apalagi Indonesia akan segera memasuki tahun politik pemilihan eksekutif, dan legislatif. Ini harus menjadi perhatian lebih dari para penggerak toleransi dan perdamaian untuk bersama mengawal pesta demokrasi Indonesia agar dapat meminimalisasi politik identitas yang sebelumnya kerap terjadi.