Oleh : Kaana Putra Mahatma (JAKATARUB)
Bicara tentang damai, ada yang membayangkan suatu suasana yang tenang tanpa keributan. Yang lain terpikir saat tidur nyenyak terlepas dari bunyi ledakan. Sebagian lagi berpendapat bahwa kedamaian adalah ketika dapat mencari uang dengan tidak dikejar-kejar dinas sosial. Pasti banyak lagi perspektif kedamaian dalam hidup yang ada dalam tiap kepala manusia…
Seringkali bayangan kita akan keadaan damai melibatkan orang lain sebagai pelaku ketidakdamaian. Seolah-olah karena ada orang lain yang membuat suatu keributan, kebisingan atau peperangan, maka kita tidak damai. Padahal, jangan-jangan mereka yang kita asumsikan sebagai perusak keadaan damai, juga berpikir demikian? Bahwa kitalah yang sebenarnya pembuat onar, bersikap apatis pada sekitar dan hanya bisa menyalahkan.
Pikiran menyalahkan ini membuat keadaan jadi keruh. Bila hanya saling menyalahkan dan membayangkan yang buruk, menurutku damai itu tidak akan datang.
Beberapa waktu lalu saat berkunjung ke Pusat Meditasi Vipassana Graha di Lembang untuk mewawancarai seorang Bhante disana, saya memperoleh banyak pengertian. Salah satunya tentang damai dalam diri sendiri dan penularannya ke orang lain.
Menurut sang Bhante, hidup dan dunia yang damai bisa tercipta melalui diri kita. Kita berdamai dengan diri sendiri terlebih dahulu sebelum berdamai dengan orang lain dan keadaan. Dengan berdamainya kita pada diri sendiri, tak akan ada lagi perasaan lebih baik dari orang lain dan saling menyalahkan.
Kita akan mengambil peran sebagai pendengar yang mendengar dengan baik terhadap orang lain. Mungkin ini membawa kita pada alasan-alasan mereka melakukan suatu hal yang sering kita anggap tidak baik. Semua terjadi karena pengalaman hidup tiap orang berbeda-beda, bukan?
Ada beberapa orang di dunia yang merasa selalu sial dalam hidup, gagal di banyak hal, dan sulit menggapai ketenangannya. Jika perasaan itu disalurkan dengan perbuatan yang merugikan orang lain tentu suatu yang tidak tepat. Maka mengambil damai dalam diri sendiri adalah hal yang penting.
Kita tidak melulu menyalahkan keadaan. Kita menemukan kesalahan-kesalahan dalam diri yang harus dibenahi, meminta maaf pada raga yang terus dibuat pura-pura kuat, menghilangkan prasangka buruk terhadap orang lain yang sering dianggap sebagai penyebab kegagalan.
Bhante juga menjelaskan bahwa hidup dengan segala perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Seperti halnya ada siang, maka ada pula malam. Tidak ada yang aneh dalam perbedaaan. Demikian pula tak ada yang salah padanya.
Di indonesia banyak terdapat perbedaan, suku, agama, bahasa, dll. Bila tiap orang dapat berdamai dengan diri sendiri dan saling menularkan damai itu pada orang lain, tentu perbedaan akan jadi warna-warni yang menghiasi Ibu Pertiwi. Ketika tak ada lagi kebencian dan kekerasan pada orang lain, semua mendapat haknya masing-masing untuk hidup bersama. Menurutku tiap orang telah siap untuk saling tersenyum dalam kedamaian yang diciptakan berbarengan.