Resiliensi Perempuan: Peradaban Toleran Penangkal Ekstrimisme-Terorisme

Share On Your Social Media

Iteung Gugat, bekerjasama dengan Sinode GKP, Sekolah Perempuan Tasikmalaya dan didukung oleh AMAN Indonesia menyelenggarakan “Training Membangun Resiliensi dari Radikalisme” pada Senin-Selasa (13-14/03/23) di kantor Sinode GKP, Jl. Dewi Sartika 119, Bandung.

Training ini merupakan respon dari keresahan mengenai isu radikalisme dan terorisme yang sempat marak terjadi beberapa bulan terakhir di Jawa Barat, salah satunya kejadian aksi terorisme peledakan bom bunuh diri di PolSek Astana Anyar, Kota Bandung pada 07 Desember 2022.

Penanganan konflik pada isu radikalisme masih belum banyak memberi kesempatan pada perempuan, terutama sebagai negosiator di dalam meja perundingan konflik. Resolusi konflik radikalisme dianggap sebagai ranah maskulin yang cenderung diselesaikan oleh suara laki-laki.

Di dalam training, Iteung Gugat juga menekankan perspektif bahwa dengan pengalaman perempuan yang khas secara biologis dan sosial, perempuan memiliki kemampuan regulasi konflik dengan cara yang lebih mengedepankan empati secara kemanusiaan tanpa menihilkan rasionalitas dalam penanganan konflik di kehidupan sosial.

Pendekatan training ini mengedepankan kesadaran perempuan untuk mengetahui dirinya yang memiliki peran besar dalam penanganan konflik radikalisme secara individunya sendiri hingga di dalam institusi keluarga.
Fokus training ini dibahas oleh 25 orang perempuan yang tergabung pada beberapa organisasi perempuan lintas iman di Bandung Raya. Kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan ruang yang mempertemukan perempuan lintas iman dalam satu wadah komunitas di Bandung Raya.

“Harapannya, dari perkumpulan ini kita bisa membentuk suatu komunitas lintas iman yang dapat bersama-sama memahami isu-isu keadilan gender, radikalisme dan ekstrimisme di Bandung Raya, ini juga sebagai upaya untuk kita para perempuan lintas iman saling menghancurkan stigma tentang agama dan kepercayaan masing-masing yang seringkali menghasilkan sebuah konflik sosial di masyarakat atas dasar agama,” demikian diungkap Annisa Noor Fadilah Koordinator Iteung Gugat.

Model training menerapkan pembelajaran orang dewasa dimana semua peserta adalah narasumber atas pengalaman dan pengetahuannya sendiri. Dalam training terdapat beberapa materi pokok mengenai Extremisme Kekerasan di Indonesia, Analisis Risiko terhadap Radikalisme serta materi Mempersiapkan Masyarakat untuk Rehabilitasi dan Reintegrasi Sosial. Di dalamnya turut pula disajikanbeberapa analisa studi kasus mengenai aksi ekstrimisme dan terorisme di Indonesia.

Teks : Hana (Iteung Gugat)

Editor : Risdo Simangunsong


Share On Your Social Media
adminjakatarub
adminjakatarub
Articles: 160

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *