Pertama di Bandung. Cafe Humanity: Terkoneksi untuk Toleransi

Share On Your Social Media

Alumni pelatihan Wakening Interfaith Initiative (WIFI) 2.1 dan Pemuka Agama Untuk Keberagaman (PAGUNEMAN) 2.2 menyelenggarakan ruang perjumpaan dan dialog Cafe Humanity dengan tema: “Terkoneksi Untuk Toleransi Di Bandung Raya.” Kegiatan yang didukung JAKATARUB dan SfCG Indonesia ini berlangsung pada Kamis (01/06/2023) di Cafe Kuliner Designic, Bandung.

Dialog dihadiri peserta lintas generasi dari beragam komunitas/lembaga dan isu. Dari isu perempuan dan pendampingan kekerasan seksual hadir perwakilan dari Lajnah Imailah, Bale Istri, Fatimiyah, Iteung Gugat, Fatayat NU Jabar, KPI, dan Puan Hayati Jabar. Dari isu keragaman gender dan seksualitas ada Srikandi Pasundan dan Puzzle. Isu Disabilitas diwakili oleh Bumi Disabilitas. Demikian pula para pegiat dialog lintas iman seperti SALIM Bandung, Bansel Interfaith, Trust Building Indonesia dan Desa Kerukunan Cibedug.

Pemuka agama yang berasal dari lembaga/komunitas keagamaan juga hadir, diantaranya GKI Guntur, Prisma UPI, MAKIN Bandung, PERADAH Jabar, LDM UIN, YPM Salman ITB dan PGIW Jawa Barat. Hadir pula para akademisi Kampus UIN Bandung, UNPAD, dan Al-Ghifari.

Acara tersebut merupakan perjumpaan lintas isu perdana yang diinisiasi JAKATARUB, terbilang yang pertama pula di Bandung Raya. Kelompok yang selama ini jarang hadir dalam isu lintas iman dan isu kemanusiaan lain juga turut hadir.

Jika selama ini JAKATARUB dikenal dengan salah satu ikon kegiatan berupa Cafe Religi, kali ini ruang dialog tersebut diisi dengan pendekatan Cafe Humanity. Cafe Humanity mengangkat isu-isu kemanusiaan seperti isu perempuan, kekerasan seksual, disabilitas serta ragam seksualitas dan gender. Peserta bisa bertanya dan berbagi pengalaman seputar itu tersebut dengan para pegiatnya.

Arfi Pandu Dinata, koordinator JAKATARUB menyatakan ini merupakan cara JAKATARUB serta pegiat Wifi dan PAGUNEMAN untuk merayakan Hari Pancasila.

“Kami sebagai komunitas yang mendapatkan penghargaan ikon Pancasila dari BPIP tahun 2020, memiliki komitmen untuk terus membuka ruang-ruang perjumpaan yang dimaknai sebagai proses untuk Bandung Raya yang lebih inklusif dan damai,” ungkap Arfi.

Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Wilayah Jawa Barat, Pdt. Paulus Wijono mengapresiasi ruang pertemuan seperti ini. Ia mengingatkan agar orang muda mendengar, memahami dan berbicara seratus persen. Dalam isu kemanusiaan hal ini berarti memahami pergumulan-pergumulannya dengan baik, tidak berdasarkan asumsi sendiri, dikonfirmasi dengan kondisi lapangan dan para pegiatnya.

Sementara itu, Kholish, salah satu peserta dari Masjid Salman ITB juga mengungkapkan kesan positif pasca mengikuti kegiatan. “Saya mendapatkan perspektif baru tentang orang-orang yang aktif di lintas agama dan isu kemanusiaan. Ini mendorong saya pribadi maupun apa yang kami kerjakan di Salman. Bagaimana program-programnya itu tepat terhadap kondisi-kondisi kemanusiaan yang ada,” ungkapnya.

Cafe Humanity merupakan langkah awal mengawali ruang perjumpaan beragam. Ruang lintas batas ini bukan hanya untuk saling memahami, namun juga mendorong kolaborasi demi menyelesaikan permasalahan-permasalahan kemanusiaan yang ada.


Share On Your Social Media
adminjakatarub
adminjakatarub
Articles: 160

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *