Menjadi agenda tahunan, tahun ini kembali digelar kegiatan Pangeling-ngeling Pamendak Mei Kartawinata yang ke-96. Acara kali ini diusung dengan tajuk Pancasila Dasar Hidup Berbangsa dan Bernegara. Acara ini diselenggarakan pada Sabtu (16/09/2023), di Pasewakan Waruga Jati yang berlokasi di Kp. Cicalung, Ds. Wangunharja, Kec. Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Pangeling-ngeling ini, yang teman-teman penghayat Budi Daya kerap menyebutnya Septemberan, merupakan momen untuk memperingati turunnya wangsit kepada sesepuh Budidaya, Mei Kartawinata.
Acara dimulai sekitar pukul 19.20 WIB, dengan dimulai sesi tutunggulan, dilanjutkan prosesi kirab sesaji, amitsun, rajah, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan membaca teks Pancasila. Memasuki pukul 21.00 pagelaran wayang golek ditampilkan dengan lakon Cepot kembar. Menariknya, di bagian awal pertunjukannya, cerita yang dibawakan merupakan sejarah ajaran Kepercayaan Budi Daya, termasuk momen ketika Mei Kartawinata mendapatkan wangsit. Tepat pukul 00.00 WIB dimulai sesi hening panggalih dilakukan selama 10 menit, sebagai momen memperingati waktu turunnya wangsit kepada Mei Kartawinata.
Setelah hening panggalih selesai, pertunjukkan wayang golek kembali dilanjutkan. Selain mengangkat sejarah dan ajaran Budidaya, wayang golek ini juga menampilkan bobodoran (cerita jenaka).
Septemberan bukan hanya acara bagi teman-teman penghayat Budi Daya, tetapi terbuka untuk umum. Bahkan dari awal acara mulai dibuka, warga sekitar ikut berbaur menghadiri kegiatan ini. Pasewakan Waruga Jati ramai dengan tamu yang turut antusias, seakan tak mau ketinggalan mengabadikan momen ini, dari tiap prosesi dan pertunjukan satu ke pertunjukan lainnya, kamera ponsel ramai-ramai memotret serangkaian prosesi dan penampilan yang berlangsung.
Kegiatan ini juga turut mengundang jajaran perangkat daerah, media, dan beberapa komunitas di Bandung Raya, diantaranya JAKATARUB, Gusdurian Bandung Barat, Initiatives of Change, dan beberapa komunitas lainnya.
Kegiatan Pangeling-ngeling Pamendak Mei Kartawinata yang ke-96 ini bukan hanya berhasil mempertemukan keragaman, tetapi sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar. Dimana di depan pelataran disewakan, lapak-lapak pedagang banyak berderet serupa pasar malam. Mulai dari pedagang yang menjajakan berbagai macam kuliner, pernak-pernik, mainan Cepot, hingga pedagang pakaian turut melengkapi malam Septemberan.
Penulis : Risdayanti
Editor : Risdo Simangunsong