JAKATARUB menjadi salah satu lembaga masyarakat yang terlibat dalam forum The 8th Indonesia-Austria Interfaith and Intercultural Dialogue (IAIID), yang tahun ini mengambil tema: “Navigating The Challenges in Diverse and Modern Society.”
Forum tersebut diselenggarakan pada pada Senin (8/07/2024) di Hotel Pullman Bandung. Kementerian Luar Negeri Indonesia bersama dengan Kementerian Luar Negeri Austria untuk Eropa dan Internasional menjadi penyelenggara kegiatan ini. Terlibat juga di dalamnya stakeholder pemerintahan seperti Kementerian Agama Republik Indonesia dan Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB).
Diskusi dibagi kedalam tiga sesi. Sesi pertama membahas tentang “State and Civil Society Policies and Approaches Regarding Religions and Culture.” Sesi kedua membahas tentang “Supporting Key Actors and Institutions.” Sesi ketiga membahas tentang “The role of Multi Stakeholder Collaboration to Create Sustainable Environment.”
Forum dialog ini mendorong semangat saling belajar berkaitan dengan tantangan keberagaman di era-modern yaitu globalisasi, digitalisasi dengan AI serta beragama ancaman disinformasi. Kegiatan ini juga menjadi ruang upaya untuk mengembalikan esensi budaya toleransi yang memuliakan manusia dan alam serta komitmen untuk merawat perdamaian.
Dalam sambutannya, Ketua Delegasi Austria, Duta Besar Christoph Thun-Hohenstein, menyampaikan bahwa inovasi dan kreativitas untuk mencari solusi yang tepat sangat diperlukan untuk menjawab tantangan tersebut. Dirinya menegaskan bahwa nilai budaya dan agama menjadi nilai yang kuat untuk diterjemahkan kedalam kreativitas.
JAKATARUB sebagai organisasi masyarakat sipil yang bergerak dalam promosi toleransi menjadi bagian narasumber dalam diskusi ini. Dalam pemaparannya yang diwakili oleh Presidium, Risdo Simangunsong, JAKATARUB berbagi pengalaman sejak tahun 2000 telah memulai kampanye keberagaman melalui dialog-dialog kecil dimulai dengan para pemuka agama, orang muda, dan masyarakat luas.
Risdo menyampaikan bahwa JAKATARUB memiliki ruang-ruang perjumpaan yang diinisiasi oleh orang muda, baik secara offline maupun online. Risdo juga menegaskan pentingnya dialog tidak sekadar memberi tahu, namun juga belajar dari budaya toleransi yang hidup di masyarakat, seperti yang dialami JAKATARUB saat mendampingi Kampung Cibedug antar Penghayat dan Islam, dan kampung Rehobot antara Islam dan Kristen. Kampung tersebut menjadi contoh bahwa toleransi telah mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Selain itu, penting pula untuk menganggap aktor kunci tidak sekadar pemerintah dan tokoh agama, namun mereka yang selama ini tidak. Ini dapat dilakukan dengan mendorong isu-isu interseksionalitas seperti isu perempuan, gender dan disabilitas dalam setiap dialog.
IAIID ke-8 ini dihadiri lebih dari 60 peserta yang melibatkan berbagai unsur, seperti pemerintahan, tokoh agama, akademisi dan organisasi masyarakat sipil diantaranya, NU, Muhammadiyah, PGI, KWI, HDI, PeaceGen, UIN, Unpad, Maranatha, dll. Perwakilan pemerintah Austria juga didamping para tokoh agama Islam, Buddha, Katolik dan kelompok seniman.