JAKATARUB berpartisipasi dalam kegiatan Ngawangkong Toleransi yang diselenggarakan oleh Komunitas Pemuda Pelopor Toleransi (KUMPPARAN) Majalengka pada Senin (12/05/2025). Acara yang dilangsungkan di GKP Bethesda Genteng, Majalengka ini merupakan diskusi santai dengan tema: Menganalisa dan Mengelola Konflik dalam Komunitas Beragama.
Kepala Ketentraman dan Ketertiban Umum Kecamatan Dawuan, Majalengka, H. Asep Slamet Mulyadi, S.Sos bersama Program Officer INFID, Syafira Khairani, menjadi pemantik diskusi yang banyak membahas kasus terkini konflik yang berbasis identitas agama di Indonesia maupun dunia.
Dalam paparannya Syafira menegaskan konflik itu sendiri merupakan fenomena yang netral. Dampaknya bisa menjadi negatif dan merusak, namun juga berpotensi menjadi katalis perubahan positif jika dikelola secara konstruktif. Kekerasan dalam penyelesaian konflik, di sisi lain, dipastikan akan merugikan berbagai pihak. Sementara itu Asep menyorot fenomena hoax dan disinformasi yang kian banyak terjadi di era digital sebagai tantangan besar dalam menjaga kerukunan. Aparat pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi kebutuhan seluruh warga negara tanpa terkecuali.
Sesi diskusi kemudian mendalami berbagai faktor pemicu konflik dalam masyarakat. Pengaruh media sosial yang masif, jurang ketimpangan ekonomi yang lebar, permasalahan keluarga yang kompleks, dinamika perebutan kekuasaan, tekanan kebutuhan ekonomi, hingga regulasi hukum yang berpotensi diskriminatif menjadi poin-poin penting yang dianalisis.
Bahasan analisis konflik ini dinilai relevan bagi komunitas perdamaian di Majalengka. Pendeta jemaat GKP Bethesda, Yayan Heriyanto menyebut bahwa wilayah Majalengka perlahan tumbuh menjadi salah satu simpul industri dengan masyarakat yang semakin beragam. Meski situasi kerukunan saat ini relatif kondusif, Pdt. Yayan mengingatkan akar permasalahan konflik di masyarakat sangat mungkin menarik identitas agama atau etnisitas.
Kegiatan yang diinisiasi oleh KUMPPARAN ini menjadi contoh pentingnya mengatasi ketimpangan relasi dalam komunitas, memastikan representasi setiap kelompok dan membangun diskusi yang didasari semangat gotong royong, bukan hanya inisiatif dari satu pihak. Sebagai komunitas lintas iman yang digawangi kaum muda di Majalengka, komunitas ini mencoba mengembangkan pendekatan inklusif dalam kegiatan dan karya mereka. Dengan cara ini, Majalengka diharapkan dapat terus mempertahankan citranya sebagai wilayah yang aman, damai dan harmonis bagi seluruh warganya.