Cafe Humanity: Cerita yang Jarang di Cimahi

Share On Your Social Media

Café Humanity yang merupakan bagian dari rangkaian Bandung Lautan Damai (BaLaD) sudah selesai dilaksanakan pada Minggu (26/11/2023) lalu. Kegiatan ini diselenggarakan di Yayasan Pendidikan Nurul Aulia, kota Cimahi.

Kegiatan café humanity dipilih untuk menjawab persoalan-persoalan kemanusiaan yang ada di kota Cimahi. Setelah sebelumnya kawan-kawan dari Koalisi BaLaD melakukan pemetaan isu bersama kawan-kawan jaringan yang ada di kota ini.

Mengapa cafe humanity? Para pegiat di Cimahi menyadari perjumpaan masyarakat awam dengan berbagai isu kemanusiaan masih amat jarang dikerjakan. Format cafe yang menyuguhkan beragam isu kemanusiaan untuk didiskusikan secara ringan oleh para peserta dan para pegiat isu dinilai tepat sebagai perkenalan.

Cafe Humanity kali ini menghadirkan tiga isu: disabilitas, lintas iman dan kesetaraan gender.

Isu disabilitas yang di wakili oleh Ai, menjadi isu yang menarik. Peserta dapat langsung berdiskusi sekaligus bertanya kepada Ai sebagai pegiat isu disabilitas yang juga merupakan orang dengan disabilitas netra.

Salah satu peserta, Gunawan yang berasal dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) mengungkapkan “Aku nanya ke Bu Ai tentang penerimaan sosial terhadap orang-orang disabilitas itu seperti apa, karena kan masih banyak orang yang belum bisa menerima ragam disabilitas. Alhamdulillah sekarang sudah mulai bisa menerima, namun masih ada saja tindakan diskriminatif seperti bullying atau dijauhi oleh lingkungan,” ujar Gunawan.

Di isu lintas iman, pos yang diisi oleh pengurus JAKATARUB yaitu Anes dan Clara juga tak kalah seru. Bagaimana isu lintas iman yang sering dipandang negatif oleh kelompok-kelompok ultra-konservatif dan sering dicap liberal, sinkretis, atau hal-hal yang justru menghambat pemajuan toleransi dan perdamaian.

Salah satu peserta kemudian berbagi pengalaman terkait upayanya yang berada diambang kebingungan, terutama dalam hal mengcapkan “selamat natal” kepada temannya. Serta bagaimana ia menyikapi perbedaan itu dalam pergaulan.

Sementara itu di pos kesetaraan gender, yang diisi oleh teman-teman Samahita Aly dan Ainun, mendiskusikan dengan peserta terkait apa itu gender dan apa itu seksualitas. Pos ini merupakan pos yang paling kreatif. Sebelum berdiskusi, Aly dan Ainun mengajak para peserta untuk bermain terkait pengetahuan masing-masing peserta.

Café humanity didesain untuk menjembatani ruang-ruang perjumpaan antara peserta dengan para pakar atau pegiat isu-isu kemanusian, sehingga peserta dapat langsung berdialog dengan para narasumber dari setiap isu. Harapannya dengan adanya kegiatan Café Humanity, peserta dapat langsung mengkonfirmasi stigma maupun prasangka-prasangka yang sejak lama melekatm serta kemudian mau terlibat dalam mendukung isu kemanusiaan.

Penulis : Sabe

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Share On Your Social Media
adminjakatarub
adminjakatarub
Articles: 170

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *