Pengembangan Modul demi Interseksional dan Intergenerasi Aktivis KBB dan HAM

Share On Your Social Media

JAKATARUB didukung PSPP Nawang Wulan dan Search for Common Ground Indonesia mengadakan lokakarya pengembangan modul untuk kaum muda dalam advokasi Kebebasan Beragama Berkeyakinan (KBB) dan isu kemanusiaan lainnya. Kegiatan ini digelar pada Kamis, (14/03/2024) di Gedung Bumi Silih Asih, Bandung.

Kegiatan dihadiri berbagai komunitas dan lembaga yang bergerak dalam berbagai isu seperti LBH Bandung, Akademisi Unpar, Fatayat NU Jabar, Bandung Bergerak, Salim, Alumnus Protek, Peace Generation, IoFc, HWDI, Puzzle, Puan Hayati dan BALAD. 

Lokakarya dibagi kedalam dua sesi. Pada sesi pertama diskusi mengenai situasi dan kondisi berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh PSPP Nawang Wulan beberapa waktu lalu, dipandu oleh Sri Wahyuni dari JAJ Youth. Lalu sesi ke dua adalah diskusi pengembangan modul melalui masukan dan referensi dari peserta yang hadir.

Risdo sebagai fasilitator sesi kedua menyampaikan bahwa modul yang akan digarap tersebut merupakan challenge untuk generasi muda dalam mengenal berbagai isu sekaligus menantang para lembaga atau NGO untuk mulai melirik isu-isu kemanusiaan lainnya sebagai isu yang tidak kalah penting. Interseksionalitas dan intergenerasi adalah hal yang paling menonjol ingin disasar oleh modul ini.

Harapannya modul ini dapat menjadi pintu masuk dan mengakomodir kebutuhan para aktivis muda pemula agar menemukan minat isu. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa situasi saat ini mengatakan bahwa para aktivis pemula saat ini cenderung lebih tertarik kepada banyak isu, seperti KBB, Gender, Perempuan, Media dan Ekologi. Sehingga banyak yang mempelajari isu-isu tersebut secara langsung secara non formal. 

Namun berkaca pada hasil penelitian, para aktivis pemula tersebut masih belum memahami isu tersebut secara mendalam sehingga para generasi yang lebih dewasa menilai bahwa aktivis muda pemula tersebut tidak memiliki keunikan. Oleh karena nya cenderung hanya dijadikan sebagai objek atau peserta dalam setiap kegiatan yang dibuat oleh pemerintah maupun lembaga kemanusiaan.

Berkaca dari hal tersebut, Risdo mengatakan bahwa dalam beberapa tahun ke depan dunia aktivisme kemanusiaan akan dipimpin oleh para generasi muda seperti gen millennial akhir dan Gen-Z. Oleh karena itu dibutuhkan kerangka sebagai jalan mengantarkan para generasi muda ke dalam dunia aktivisme dan peka terhadap isu interseksionalitas. Sehingga outcame yang diharapkan nantinya para aktivis muda memiliki sikap inklusif.

Modul ini rencananya akan mulai diterapkan dalam program Young Leader Interfaith and Intersectional Camp serta dapat menjadi referensi bagaimana pembinaan dalam isu yang interseksional dan relevan dengan gaya belajar kaum muda.


Share On Your Social Media
Yohanes Irmawandi
Yohanes Irmawandi
Articles: 11

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *